Kelompok
4
Koordinator
: Johan Wibawa
(101301042)
Anggota
: Dwika
Septian Ihsan (091301013)
Review Presentasi Micro Teaching
A. Kelompok
tidak mencantumkan evaluasi kelompok
Adapun
Evaluasi kelompok kami yaitu:
1. Saat
proses micro teaching seluruh anggota kelompok seharusnya hadir, namun satu orang tidak dapat hadir karena keadaan fisik yang kurang fit.
2. Proses
yang seharusnya dimulai pada pukul 09.00, mengalami keterlambatan sekitar 30 menit.
3. Proses
dokumentasi yang berjalan kurang sempurna karena seharusnya di dokumentasikan
oleh dua orang namun saat proses hanya satu orang yang mendokumentasikan. Hal
ini membuat beberapa moment saat proses micro teaching tidak terekam
seluruhnya. Terutama saat dokumentasi opening, dimana saat MC menjelaskan
mengenai global warming secara singkat pada anak-anak, tujuan dari pembelajaran
ini, proses pembuatan celengan, serta manfaat celengan, semua hal tersebut
secara tidak sengaja tidak didokumentasikan. Oleh karena itu, di video
dokumentasi, kelompok tidak bisa memperlihatkan bagaimana opening yang
seharusnya memberikan gambaran mengenai proses micro teaching ini.
4. Proses
micro teaching berlangsung sekitar satu
jam dari 09.30 – 10.30
5. Pembagian
reward dilakukan setelah proses closing, namun kelompok mengalami kekeliruan
karena membagikan makanan ringan yang sebenarnya dilarang untuk mereka
konsumsi. Setelah kelompok membagikan makanan ringan tersebut, kepala sekolah
menjelaskan kepada kelompok bahwa sebenarnya sekolah melarang pemberian makanan
ringan.
6. Penyambutan
yang dilakukan oleh anak – anak TK cukup antusias, mereka menyambut kami dengan
ucapan “Selamat Datang di sekolah kami, abang – abang dan kakak – kakak”.
Sebenarnya hal ini sedikit diluar dugaan kami.
7. Standart
kompetensi yaitu; Siswa mampu memahami bahwa barang-barang bekas dapat
diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan siswa memiliki kesadaran akan lingkungan
dengan membuang sampah pada tempatnya. Sudah tercapai, namun tidak terekam
dalam dokumentasi.
8. Tujuan
Tujuan
|
Ketercapaian
|
Memiliki kesadaran untuk menjaga keindahan
lingkungan (Bumi) dengan membuang sampah pada tempatnya
|
Tercapai, dengan pengertian anak untuk menjaga
kebersihan lingkungan. Anak- anak membuang sampah sisa potongan kertas
kedalam tempat sampah, tanpa harus diberikan instruksi.
|
Memahami bahwa barang-barang bekas (sampah)
dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna
|
Tercapai, saat anak – anak ditanya sebuah botol
bekas bisa dibuat apa saja, mereka merespon dengan baik. Mereka mengatakan
kalau botol bekas bisa dibuat mobil – mobilan dan pot bunga.
|
Meningkatkan kreativitas
|
Anak – anak menghias celengan dari botol bekas
yang telah mereka buat
|
Mengetahui manfaat menabung
|
Sebelum memulai proses belajar membuat celengan,
anak-anak sudah mengetahui manfaat dari menabung dan saat proses belajar
kelompok mengingatkan dan menekankan kembali manfaat-manfaatnya.
|
Memiliki kebiasaan menabung sejak dini
|
Dengan masing-masing anak memperoleh satu
celengan, diharapkan anak-anak bisa menabung di kemudian hari di celengan
tersebut.
|
9. Perencanaan
waktu yang telah kami konsep, yaitu
Kegiatan
|
Waktu terencana
|
Terlaksana pada
|
Diskusi perencanaan dan konsep Micro Teaching
|
Sabtu, 07 April 2012
|
Sabtu, 07 April 2012
|
Observasi lokasi Micro Teaching (TK Dharma
Pancasila)
|
Senin, 09 April 2012
|
Senin, 09 April 2012
|
Diskusi proses pelaksanaan Micro Teaching
|
Senin, 09 April 2012
|
Senin, 09 April 2012
|
Posting perencanaan kegiatan (action plan)
|
Selasa,10 April 2012
|
Selasa,10 April 2012
|
Pengajuan surat permohonan ke TK Dharma
Pancasila
|
Rabu, 11
April 2012
|
Rabu, 11
April 2012
|
Micro Teaching
|
Kamis, 19 April 2012
|
Kamis, 19 April 2012
|
Edit video
|
Kamis, 19 April 2012
|
Sabtu, 21 April 2012
|
Posting hasil pelaksanaan Micro Teaching
|
Sabtu, 21 April 2012
|
Senin, 30 April 2012
|
B. Seorang
anggota kelompok (Rizqi Chairiyah) tidak dapat hadir karena alasan
keterlambatan.
C. Dalam
kegiatan ini, kami bukanlah seorang guru, melainkan seorang pengajar, yang
mengajarkan dan saling berbagi dengan para siswa. Dalam hal pemberian istilah
pada laporan hasil micro teaching, kelompok memang melakukan kesalahan dengan
menyebut kami adalah guru, padahal lebih tepat disebut sebagai pengajar ataupun
fasilitator. Hal ini karena kami memang bukan guru, dan peran kami adalah
mengajarkan atau memberikan pengetahuan pada anak-anak mengenai go green dengan
melibatkan mereka untuk berkreativitas dalam memanfaatkan barang-barang bekas
menjadi sebuah celengan.
D. Secara
keseluruhan proses yang kami lakukan tidak dapat terlihat dalam dokumentasi.
Kelompok kami mengevaluasi kembali dan sepakat bahwa dokumentasi video yang
dibuat tidak dapat memperlihatkan detail-detail saat kami melakukan micro
teaching, seperti bagaimana kami mengajar anak-anaknya berkreasi, bagaimana
kami berinteraksi dengan anak-anak dalam kelas dan detail-detail yang bisa
menggambarkan bahwa kami memang melakukan micro teaching. Video dokumentasi
kami hanya memperlihatkan proses makro, dimana hanya memperlihatkan sekedar
pembukaan, pemisahan anggota-anggota dalam kelompok dan sedikit penutupan. Oleh
karena itu, kelompok akan menjelaskan proses micro teaching kami dibawah ini
bersamaan dengan poin ke 5.
E. Penjelasan
proses yang kami lakukan kurang real. Kelompok kami mengakui, memang dalam
penjelasan di laporan pelaksanaan micro teaching kami kurang lengkap dan
mendetail, sehingga orang yang membaca laporan pelaksanaan micro teaching kami
kurang memahami apa yang sebenarnya kami lakukan.
Adapun
laporan detail proses pelaksanaannya, yaitu :
Materi
pengajaran (mengolah barang bekas) berhasil kami sampaikan dengan baik kepada
peserta didik, namun pada proses pelaksanaan microteaching ini, terdapat
beberapa kendala pula sehingga kami harus melakukan cukup banyak improvisasi.
Kira-kira inilah kesimpulan dari evaluasi kelompok kami.
Pada
tanggal 17 April, kami mengunjungi TK Dharma Pancasila untuk meminta izin pada
kepala sekolahnya sekaligus memberikan surat permohonan. Setelah berdiskusi
selama beberapa saat mengenai kegiatan microteaching yang akan kami lakukan di
sana, kepala sekolah menerima kami dengan antusias. Beliau menyuruh kami untuk
datang dua hari berikutnya, hari Kamis (19 April), pada jam 9 untuk melaksanakan
kegiatan tersebut.
Kendala
pertama yang kami hadapi di sini adalah bahwa kami tidak sempat untuk mengenali
siapa individu-individu yang akan menjadi peserta didik kami. Kami datang ke
sekolah tersebut sudah terlalu siang dan murid-muridnya sudah pulang, sehingga
kami tidak bisa bertemu langsung dengan mereka untuk lebih menyesuaikan materi
yang akan kami ajarkan. Kami hanya mendapat informasi mengenai peserta didik
dari wawancara singkat yang kami lakukan terhadap kepala sekolahnya.
Pada hari
kamis tanggal 19 april 2012 kelompok melaksanakan kegiatan micro teaching di TK
Dharma Pancasila. Rencananya kami datang ke sekolah tersebut satu jam sebelum
jam yang sudah dijanjikan. Akan tetapi karena beberapa persiapan yang masih
kurang (kami lupa membuat sebuah model celengan sebagai contoh) dan cuaca yang
kurang mendukung (hujan), akhirnya kami tiba di sekolah tersebut tidak sesuai
rencana. Kami tiba kira-kira pada pukul 8.45, lima belas menit sebelum kelas
dimulai.
Kami
masuk ke dalam kelas dengan ditemani kepala sekolah. Setelah kepala sekolah
memperkenalkan kami kepada peserta didik dan saling mengucapkan salam, kelas
pun mulai kami yang ambil alih. Kami memperkenalkan diri kami masing-masing
terlebih dahulu, kemudian kami mengajak satu per satu peserta didik kami untuk
memperkenalkan diri mereka di depan kelas. Melihat mereka yang sangat antusias
dalam memperkenalkan diri, kami akhirnya memperpanjang waktu perkenalan dengan
mengajak mereka untuk menyebutkan cita-cita masing-masing.
Kelompok
memulai micro teaching diawali dengan pembukaan dari MC, yaitu Johan. Johan
memulai kelas dengan menyapa anak-anak dan bercanda sedikit dengan mereka.
Setelah itu, Johan mengambil botol aqua kosong dan menanyakan pada anak-anak
apa yang mereka lakukan setelah botol aqua itu habis. Ada beberapa anak yang
menjawab membuang botol tersebut. Kemudian Johan menanyakan lagi, apakah mereka
tahu bahwa sebenarnya botol bekas ini bisa dimanfaatkan. Kemudian ada anak yang
mengacungkan jarinya sambil berkata, “saya tahu, saya tahu.” Lalu anak tersebut
mengatakan bahwa botol bekas tersebut bisa dijadikan sebagai mobil-mobilan.
Lalu Johan mengiyakan dan sedikit menjelaskan pendapat anak tersebut. Kemudian
Johan menambahkan, “Nah, kalian tahu gak sih kalau botol aqua tersebut bisa dijadikan celengan?”. Kemudian johan
melanjutkan dengan menjelaskan kepada anak-anak mengenai kaitan tidak membuang
barang bekas dan menjaga lingkungan. Semua penjelasan kepada peserta didik menggunakan
bahasa yang ringan dan menarik mengenai materi yang akan diajarkan pada hari
tersebut. Tidak ada masalah apapun pada sesi ini, kecuali bahwa dokumenter lupa
menekan tombol ‘rekam’ pada kameranya. Akhirnya, kelompok menjadi kekurangan
bahan dokumentasi untuk sesi pembukaan ini.
Setelah
sesi pendahuluan dari Johan, kemudian anggota kelompok masuk ke dalam kelompok-kelompok
kecil. Adapun Rizqi masuk dalam kelompok dengan 4 orang anak, Putra masuk juga
dalam kelompok 3 orang anak, sedangkan Zukhrini dan Dealovalia sama-sama masuk
dalam kelompok 4 orang anak. Vivian dan Johan berperan sebagai dokumentasi dan
kadang-kadang ikut serta membantu dalam proses mengajar dan mengarahkan
anak-anak di kelompok.
Setelah
itu anak-anak TK mulai mengerjakan prakarya celengan dengan dibantu oleh masing-masing
pengajar disetiap kelompok. Adapun detail kegiatan di masing-masing kelompok
adalah:
- Pengajar
masing-masing kelompok pertama-tama menjelaskan kepada anak-anak barang apa
saya yang digunakan, seperti botol aqua bekas, kertas koran, kertas kalender,
brosur dan kertas-kertas yang sudah tidak dipakai lagi.
- Masing-masing
anak mendapatkan 1 buah botol aqua bekas. Namun bahan-bahan untuk menghiasnya
diletakkan di meja masing-masing kelompok untuk digunakan secara bersama-sama.
- Pengajar
masing-masing kelompok kemudian mengarahkan proses membuatnya mulai dari
memotong celah untuk memasukan koin. Namun, kami tidak meminta anak-anak untuk
memotongnya karena kami sudah memotongnya terlebih dahulu. Kami juga
menjelaskan jika mereka ingin membuatnya lagi, mereka harus meminta orang dewasa
untuk memotong celahnya karena masih berbahaya jika mereka yang memotong
sendiri.
- Setelah
menjelaskan mengenai celah, pengajar masing-masing kelompok mulai meminta
anak-anak menghias sendiri. Namun kami juga turut mengarahkan mereka dan
membantu dalam hal mengelem, melipat, serta menggunting gambar-gambar yang
mereka inginkan dari brosur.
- Setelah
semua anak dari suatu kelompok telah selesai, pengajar meminta mereka untuk
membuang sampah pada tempatnya. Masing-masing dari kami juga memberitahukan
pada mereka bahwa dengan membuang sampah berarti mereka telah ikut menjaga
lingkungan; dimana hal ini sejalan dengan tema kelompok kami, go green.
Setelah
semua kelompok siap, guru pun mempersiapkan anak-anak untuk makan bersama,
dimana hal ini rutin juga dilakukan setiap harinya. Sambil menunggu mereka
makan, kami melakukan rapat mendadak untuk menentukan apa yang akan kami
lakukan berikutnya. Seharusnya ada sebuah lomba kecil-kecilan dengan
memanfaatkan barang-barang bekas sebagai penutupan, tetapi karena persiapan
peralatan kami yang agak kurang serta keterbatasan waktu, akhirnya lomba itu
pun kami tiadakan. Setelah selesai rapat kecil-kecilan, anggota-anggota
kelompok pun duduk bersama anak-anak dalam kelompok-kelompok dan berinteraksi
dengan mereka saat mereka makan.
Setelah
makan bersama, kelompok pun mengajak guru dan anak-anak foto bersama sebagai
dokumentasi. Kami mengajak peserta didik kami untuk foto bareng bersama
celengan yang sudah mereka buat masing-masing Kemudian setelah foto bersama,
anak-anak berbaris diluar kelas karena sudah saatnya mereka pulang. Saat
anak-anak berbaris, kelompok pun membagikan reward kepada mereka. Setelah
selesai mengucapkan salam perpisahan dan membagikan reward pada anak-anak,
kelompok pun berbincang sebentar dengan kepala sekolah. Kepala sekolah
mengundang kami ke dalam ruangannya ketika kami sudah mengakhiri proses
microteaching. Beliau memberi kami beberapa feedback terhadap proses yang sudah
kami lakukan. Secara garis besar, beliau sangat senang dengan pengajaran yang
sudah kami berikan. Tetapi ada satu hal yang dikomentarinya, yaitu mengenai
reward yang kami bagikan kepada peserta didik. Sekolah ternyata melarang
peserta didiknya untuk mengonsumsi snack tersebut karena alasan kesehatan. Ini
juga termasuk kelemahan dari kami, karena kami lupa mendiskusikan masalah
reward dengan kepala sekolah sebelum kami membagikannya. Kami pun meminta maaf
atas kelalaian kami. Setelah selesai, kami pun pamit dan pulang dari TK Dharma
Pancasila.
F. Laporan proses
pengajaran dan evaluasi serta testimoni dari masing-masing anggota kelompok:
Johan Wibawa
Menjadi
ketua dalam kelompok microteaching ini adalah tugas yang gampang gampang susah.
Gampang karena orang-orang yang saya pimpin adalah teman-teman saya sendiri,
sehingga proses komunikasi menjadi lebih mudah. Susah karena ada satu atau dua
anggota yang agak sulit untuk diajak bekerja sama. Ini mungkin termasuk
kelemahan dari saya. Saya tidak berhasil membuat kelompok ini sebagai kesatuan
yang solid. Bukan hanya itu, saya juga merasa bahwa saya kurang memperhatikan
kinerja anggota-anggota saya. Misalnya, saya tidak tahu bahwa salah satu
anggota saya lupa memasang Link anggota anggota yang lain di Blog nya. Namun
secara keseluruhan, saya merasa cukup puas karena meskipun ada banyak
kendala-kendala, proses ini tetap berjalan lancar dan sukses.
Dealovalia Hasibuan
Sewaktu
berada dalam kelompok kecil, sangat seru sekali rasanya soalnya anak – anak TK
tersebut sangat aktif dan juga sangat bersemangat dan juga lincah. Mereka tidak
mau duduk diam ditempatnya. Mereka selalu saja berpindah kekelompok lain untuk
melihat hasil karya teman – temannya yang lain dan mereka selalu ingin membuat
yang lebih bagus lagi dari punya teman mereka. Apa yang mereka tidak punya
dalam kelompok kecil dan dimiliki oleh temannya yang berada dikelompok lain
maka mereka meminta untuk di ajar kan membuat hal yang sama dengan temannya
tersebut. Setelah mereka selesai mengerjakan hasil karya mereka, mereka dengan
antusias dan semangat menunjukkan hasil karya mereka kepada guru, teman dan
juga kami sebagai pembimbing mereka dalam mengerjakan hasil karya mereka,
mereka juga dengan antusiasnya berkata ingin menabung dan mengisi celengan
tersebut hingga celengan tersebut penuh.
Dwika Septian Ihsan
Sebelum
saya merivew micro teaching dari sudut pandang pribadi sebagai video editor,
saya ingin mengklarifikasi bahwasanya saat pelaksanaan saya tidak berada di
lapangan, karena sakit pada H -1. Untuk itu saya hanya akan mengurai berbagai
kendala pada teknis data yang sudah terkumpul.
Masalah
pertama jelas, secara pribadi karena saya tidak ikut serta di lapangan, saya
mengakui adanya kekurangan koordinasi diantara teman-teman, apalagi saya tidak
serta merta ikut merasakan bagaimana tiap detil peristiwa selama proses, dan
ini merupakan sumber masalah terbesar yang mempengaruhi hasil editing video
ini. Itulah mengapa di video detil proses kurang jelas, akan tetapi saya tidak
hanya diam disana, saya juga mencoba untuk menghadirkan diri pada prosesnya,
dengan mendengarkan berbagai penuturan teman-teman dilapangan. Salah satu
kendala saat dokumentasi adalah pembukaan tidak terekam oleh teman-teman.
Video ini
juga tidak menjelaskan tujuan secara sistematis, karena video telah selesai di
edit sebelum laporan fix, dan satu hal yang mungkin kami lupa, kami tidak
menyatakan tujuan ini di dalam konsep. Disamping itu dari saya pribadi, saya
memang lupa memerhatikan antara konsep dan hasil, sehingga evaluasi dari
pelaksanaan dan tujuan nya tidak tersajikan di dalam video.
Putra Pratama
Pada awal
melakukan micro-teaching di kelompok – kelompok kecil murid TK dharma pancasila,
saya menjelaskan bahwa kita dapat membuat berbagai karya kreatif dari barang
bekas, kemudian saya menjelaskan botol bekas dapat dijadikan sebagai celengan.
Siswa TK dharma pancasila sangat antusias dalam mendengarkan penjelasan saya.
Setelah menjelaskan kegunaan botol bekas tersebut, saya mulai mengajarkan
mereka cara membuat celengan tersebut. Pada awalnya saya membuat lubang pada
bagian leher botol bekas tersebut dan membantu siswa TK untuk menghiasnya. Saya
membantu mereka melapisi botol bekas dengan kertas kalender bekas dan kemudian
mengawasi mereka dalam menempelkan hiasan berbentuk bintang, segitiga,
segiempat dan lingkaran yang sudah saya sediakan sebelumnya. Mereka sangat
aktif sehingga pada awalnya saya sempat kewalahan, tetapi kemudian saya berimprovisasi
untuk mengajak mereka menenmpelkan hiasan bersama – sama sehingga mereka tidak
berebutan dalam menempelnya. Disela-sela menghias celengan, saya menjelaskan
kepada mereka bahwa penting untuk menjaga lingkungan tetap bersih agar kita dapat hidup dengan nyaman dan jika lingkungan
bersih, maka kesehatan kita akan tetap
terjamin. Saya juga mengajarkan mereka untuk membuang sampah pada tempatnya.
Rizqi Chairiyah
Pengalaman
saya selama melakukan micro teaching pada kelompok yang saya pilih, merupakan
pengalaman yang sangat berkesan. Mengapa? Ya, awalnya saya harus beradaptasi
terlebih dahulu dengan Tania, Hafiz, Jasmine, dan Nabil. Melihat perilaku
mereka yang pada awalnya malu-malu dan ada juga yang berani bertanya ‘mau
membuat apa kita kak?’ dan ada juga yang pendiam, sehingga banyak variasi
perilaku yang saya hadapi ketika melakukan Micro Teaching pada kelompok ini.
Setelah Johan memberikan arahan kepada adik-adik, kemudian giliran saya
menjelaskan cara pembuatan celengan dari botol minuman bekas. Respon mereka
yang sangat antusias mendengar penjelasan saya tentang pembuatan celengan
tersebut, semakin membuat saya bersemangat. Saya mengajarkan serta mengarahkan
mereka agar mereka dapat membuat celengan dari botol bekas yang telah saya
persiapkan untuk mereka. Proses micro teaching yang saya lakukan pada kelompok
kecil ini, sangat menyenangkan dari mulai membantu mereka merekatkan hiasan
pada gotol hingga membuat burung-burungan dari kertas kalender.
Suatu hal
yang membuat saya merasa semakin tertarik ketika saya harus melerai Nabil dan
Hafiz saat mereka bertengkar memperebutkan botol yang mereka miliki. Waktu juga
yang memisahkan kebersamaan kami, dan akhirnya sebelum kami pulang, kami
memberikan buah tangan kepada mereka serta saya
sempat menyampaikan pesan kepada kelompok kecil yang saya bimbing tadi,
berupa ‘kalian jangan malas belajar yah adik-adik’. J
Vivian Felicia
Dalam
proses micro teaching, saya lebih berperan sebagai dokumentasi dari pada
pengajar. Walaupun demikian, pada akhirnya saya juga tidak tahan untuk turut
mengajar dan berinteraksi dengan anak-anak tersebut. Saya pun ikut
berpartisipasi dalam proses pengajaran. Awalnya saya mengajak beberapa anak
untuk membuat hiasan mereka sendiri. Saya pun melipat bintang dengan
menggunakan kertas kalender. Beberapa anak melihat saya dan ingin ikut melipat.
Saya pun mengajari mereka, namun beberapa kali saya ajari, mereka juga tidak
bisa melipatnya. Saya pun memaklumi karena melipat bintang masih cukup sulit
untuk diterima oleh anak-anak TK. Namun, dari hal ini saya mendapatkan
pengalaman baru, yaitu bahwa tidak semua hal yang kita ajarkan bisa diterima
dan dimengerti oleh anak-anak. Oleh karena itu, kita harus sadar apakah bahan
yang kita ajarkan bisa mereka terima atau tidak, serta harus sabar dan melihat
sesuatu dari sudut pandang anak-anak juga.
Zukhrini Khalish
Proses
micro teaching yang saya jalani ini memberikan tambahan ilmu dan pengalaman.
Bebagi ilmu dengan adik - adik TK Dhama Pancasila yang lucu dan antusias
memberi penguatan tersendiri bagi saya untuk semangat mebagikan ilmu. Saya juga
menyadari betapa beratnya menanamkan pengetahuan dan kesan moral yang baik bagi
anak - anak. Saat proses berlangsung banyak juga anak - anak yang sangat aktif,
berlari - lari, rebutan dan saling bersaing demi mendapat perhatian, hal itu
membuat saya kewalahan menghadapi anak -anak tersebut. Jadi sebagai pengajar,
saya merasa tertuntut untuk memberikan perhatian yang seimbang. Menjadi guru
memang harus cerdas, cermat, adil, dan sabar. Saya senang bisa berbagi sedikit
ilmu yang saya miliki kepada mereka.