I made this widget at MyFlashFetish.com.

Senin, 29 Oktober 2012

Analisa pengalaman pribadi dengan Teori Skinner


Dari teori Skinner yang paling kita kenal adalah Reinforcement. Reinforcement itu sendiri terbagi 2, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative.  Dimana reinforcement positif berfungsi untuk menguatkan  perilaku yang diinginkan muncul sementara reinforcement  negative berfungsi agar perilaku yang diharapkan menetap dan terjadi  sesuai dengan yang diharapkan.
          Pengalaman saya yaitu ketika saya SMA saya adalah siswa yang berasal dari SMP diluar kota. Ketika belajar bahasa inggris ternyata saya tidak sepintar teman-teman saya yang lainnya. Kemudian guru saya berkata saya harus lebih giat lagi belajar dan berlatih bahasa inggris. Akan tetapi saya masih saja kurang pandai dalam bidang bahasa inggris. Walaupun guru saya tersebut selalu member nasihat seperti itu kepada saya, saya tetap tidak menyukai dan kurang menguasai pelajaran bahasa inggris. Jadi setiap kali pelajaran bahasa inggris guru saya menyuruh saya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan saat itu didepan kelas. Akhirnya saya mau belajar bahasa inggris sebelum pelajaran bahasa inggris dimulai agar saya dapat mengerti dan dapat menyelesaikan tugas yang diberikan saat dikelas.  Jadi saya tidak akan disuruh maju kedepan mengerjakan tugas apabila saya  sudah belajar bahasa inggris malam hari sebelumnya. 

Adu kreativitas berdasarkan teori Skinner


Pada saat kuliah psikologi belajar  saya dating terlambat, untungnya bu Dina masih memberi izin untuk masuk dan mengikuti perkuliahan hari itu. Kemudian setelah itu, bu Dina memberikan 3 buah kertas kepada kami dan meminta kami untuk membuat sesuatu hasil karya kami yang berasal atau menggunakan bahan berupa tiga buah kertas yang berbeda ukuran dan tebalnya kepada kami.  Kami diberi kebebasan dengan tiga buah kertas tersebut untuk membuat hasil kreativitas kami. Dan beliau berkata 3 hasil karya dari kelompok A dan 3 hasil karya dari kelompo B yng merupakan  hasil karya yang paling bagus dan menarik akan mendapatkan hadiah atau reward. Kamipun langsung bersemangat untuk mengerjakannya. Kemudian kami diberi waktu untuk mengerjakannya. Semua langsung sibuk dengan bahan yang dimiliki dan dengan ide-ide yang sudah ada dipikiran masing-masing orang. Saya sempat bingung akan membuat apa, tetapi setelah beberapa saat saya mempunyai ide untuk membuat celengan kertas dari ketiga lembar kertas yang diberikan oleh bu Dina. Saya membuat sebuah celengan kertas denngan bentuk tabung, dimana terdiri dari satu lembar kertas yang merupakan kertas sertifikat yang saya jadikan untuk sisi dari celengan tersebut sementara untuk membuatnya menjadi sebuah tabung, saya menggunakan beberapa potongan kertas dari kertas yang lain dari membuatnya sebagai pengait agar bias merekatkan kertas sertifikat tadi menjadi tergulung. Hal ini saya akukan karena tidak boleh adanya bahan tambahan lain selain dari ketiga lembar kertas yang diberikan oleh bu Dina. Kemudian tutup dari celengan tersebut terbuat dari kertas HVS yang bagian tengahnya saya lubangi dengan menggunakan pulpen karena tidak boleh menggunakan peralatan lain. Ketika bu Dina berkata bahwa waktunya tinggal sedikit lagi, saya sempat panic karena celengan tersebut belum selesai , tapi pada akhirnya saya mampu menyelesaikannya tepat pada waktunya.
Jika dikaitkan dengan teori Skinner, pernyataan yang dikatakan bu Dina, yaitu akan memberikan hadiah bagi hasil karya yang terbaik merupakan reinforcement positif bagi kelas yang berguna untuk memunculkan perilaku yang diinginkan. Karena kami termotivasi untuk menghasilkan karya yang baik agar mendapatkan reward yang sudah dijanjikan sebelumnya. Sehingga perilaku yang diinginkan muncul, yaitu hasil karya yang bagus-bagus dan menarik.



TUGAS MID SEMESTER

Kelompok 12
Anggota kelompok :
Febri Inka Mandasari              10-020
Dea Lovalia Hasibuan              10-074
Mentari Manik                         10-098


TEORI BELAJAR GAGNÉ
Berdasarkan teori lima variasi belajar Gagné , kelompok akan menerapkan konsep berupa Games.
·         Alat dan Bahan :
ü  Seluruh mahasiswa yang mengambil mata kuliah Psikologi Belajar
ü  Reward
·         Instruksi :
ü  Kelas dibagi dalam beberapa kelompok kecil, yang terdiri maksimal 5 orang.
ü  Kemudian setiap kelompok diminta untuk memikirkan salah satu buah film yang dikeahui oleh semua kelompok dan  menurut kelompok menarik.
ü  Setelah itu, kelompok diminta untuk memikirkan hal  menarik yang ada pada film tersebut.
ü  Kemudian kelompok diminta untuk menceritakan film tersebut tetapi dengan cara memperagakan beberapa hal penting dari film tersebut yang bisa menjadi clue untuk kelompok lain.
ü  Kelompok lain bertugas untuk menebak film yang diperagakan oleh kelompok peraga.
ü  Setelah selesai bermain games, kelas diminta untuk memberikan feedback dan pendapat tentang kegiatan tersebut.

·         Pembahasan :
Dari kegiatan diatas, dapat dijelaskan bagaimana konsep lima variasi belajar menurut Gagné. Dimana terdapat lima tahapan variasi belajar yaitu Informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.  

Mind Map Psikologi Belajar Bab 1


Senin, 08 Oktober 2012

Analisa Film "Kinky Boots"



Anggota kelompok  :
Dea Lovalia Hasibuan   10-074

Sinopsis
Charlie Price baru saja mewarisi bisnis sepatu milik ayahnya. Namun, ternyata perkembangan jaman membuat Price Shoes tidak bisa bersaing di pasaran. Charlie tidak pernah bermimpi untuk meneruskan bisnis keluarganya yang turun temurun membuat sepatu. Tapi disanalah akhirnya takdir Charlie ditempatkan. Model dan kreasi baru pun tercipta dari tangan dan kepandaian Charlie. Charlie Price (Joel Edgerton) adalah keturunan pengusaha sepatu dari Northampton. Salah satu kota kecil di Inggris itu memang terkenal dengan masyarakatnya yang bekerja membuat sepatu terutama di daerah Earls Barton. Awalnya Charlie tak pernah berpikiran untuk mengelola usaha yang telah dijalankan turun temurun itu. Namun tak lama berselang Charlie kehilangan ayah tercintanya. Mau tak mau, toko sepatu Price & Sons Shoes' yang selalu membuat sepatu dengan model konservatif itu jatuh ke tangan Chalie. Bisnis keluarga Charlie tak semulus yang ada dalam angannya. Untuk menyelamatkan keluarga dari kebangkrutan, Charlie pun meminta bantuan seorang konsultan. Dengan harapan si konsultan ini bisa memberikan udara segar bagi toko sepatu yang amat kuno itu. Akhirnya bertemulah Charlie dengan Lola (Chiwetel Ejiofor). Lola meminta Charlie untuk membuat terobosan baru dengan menciptakan sepatu khusus pria. Lola menyakinkan Charlie bahwa rencananya ini akan memulai kembali masa kejayaan toko sepatu Price. Ide ini tampaknya sulit diterima oleh hati Charlie. Wajar saja, sejak dulu model sepatu Price tak pernah neko-neko. Charlie pun herus terjebak dengan hatinya sendiri. Namun perubahan akhirnya harus terjadi demi keselamatan bisnis keluarga ini. Tapi lagi-lagi perjalanan Charlie harus dihadang kerikil tajam. Tunangan Charlie yang tamak malah mengambil kesempatan untuk menguasai semua usaha Charlie ini. Lagi, Charlie harus membuat keputusan dan perubahan besar

Hasil diskusi kelompok mengenai film ‘Kinky Boots’
Berdasarkan Teori skinner
Menurut kelompok kami teori skinner berpengaruh dalam kehidupan Charlie Apa yang anda lakukan jika mengetahui bahwa perusahaan pabrik anda mengalami kebangkrutan? Itu yang terjadi pada diri Charlie. Setelah ditinggal ayahnya , maka dia baru menyadari bahwa pabriknya dalam keadaan sekarat. Keadaan itu membawa reinforcement negatif pada diri Charlie, mau tak mau Charlie harus mencari cara untuk bangkit agar perusahaan yang telah diwarisakan ayahnya tidak bangkrut.
Dengan keadaan yang seperti ini Charlie belajar dan berusaha memperbaiki perusahaannya sehingga merubah Charlie menjadi seorang pribadi yang lebih baik. Awalnya Charlie mampu bermatormofis, mulai dari orang lemah yang tidak tertarik dengan pabrik sepatu ayahnya, berubah menjadi orang yang selalu berusaha untuk maju, cekatan. Mulai dari orang yang tidak kreatif yang mudah menyerah dengan keadaan


Berdasarkan Teori Gestalt
Dalam asumsi Gestalt dikatakan bahwa organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan didalam struktur yang mempengaruhi persepsi individu. Artinya bahwa lingkungan seseorang itu akan mempengaruhi bagaimana seseorang berinteraksi dan berprilaku serta mempengaruhi persepsi atau pola pikir dari tiap-tiap individu tersebut. Dikaitkan dengan cerita film diatas dimana Charlie bertemu dengan seorang waria bernama lola, dia melihat bahwa pasar sepatu untuk kaum waria itu terbuka lebar, meski awalnya dia tidak menyukainya. Namun akhirnya ,disamping usaha sepatu ayahnya sudah ketinggalan zaman, sehingga membawa perusahaan ayahnya tersebut diujung kebangkrutan. Bertemu nya Charlie dengan lola membawa ide baru dari apa yang dilihatnya dilingkungan waria. Ide baru dan persepsi nya tersebut yang akhirnya kembali membangkitkan usaha ayahnya yang hampir bangkrut .Lola meminta Charlie untuk membuat terobosan baru dengan menciptakan sepatu khusus pria. Ide ini tampaknya sulit diterima oleh hati Charlie. Charlie pun herus terjebak dengan hatinya sendiri. Namun perubahan akhirnya harus terjadi demi keselamatan bisnis keluarganya.

Rabu, 03 Oktober 2012

TEORI-TEORI BELAJAR AWAL


Anggota Kelompok:


Sains adalah hal-hal yang dihasilkan oleh riset, riset itu sendiri adalah metode efektif yang telah ditemukan dan sesuai dengan zamannya. Psikolog juga ingin mengembangkan sains pasti seperti fisika dan kimia. Akan tetapi, riset ini belum memiliki metode riset yang pasti. Kemudian lahirlah Behaviorisme, yang pertama kali dikemukakan oleh J.B.Watson. Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an hingga 1950-an, akan tetapi tidak sepenuhnya bebas dari penentang. Pendapat yang menentang yaitu, psikologi Gestalt yang menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan membahas persoalan kognisi.  


PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME

Dua pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah Pengkondisian klasik dan Koneksionisme.

Argumen Dasar Behaviorisme

Perubahan didalam masyarakat Amerika membuka jalan bagi studi perilaku (Leahey,1992). J.B.Watson mendukung studi perilaku. Alasannya dalah semua organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respon, dan respon-respon tertentu biasanya disebabkan oleh peristiwa (stimuli) tertentu. Setelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset refleks motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekhretev. Bekhretev berhaasil memanipulasi reaksi behavioral didalam laboratorium. Hal ini membuat Watson semakin percaya bahwa kontrol perilaku didunia nyata akan segera dapat dilakukan. Akan ettapi, prediksinya ternyata keliru, namun begitu pendapatnya sangat mempengaruhi penggunaan metode riset dan pengukuran yang dilakukan para psikolog.

Asumsi Dasar

Istilah behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar, yaitu :
1.      Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental atau rekonstruksi verbal atas kejadiaan.
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli dan respon spesifik)
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral.

Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks

Eksperimen terkenal terhadap refleks dilakukan dilaboratorium Ivan Pvalov. Pavlov menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air liur, dapat dilatih untuk merespon suara yang tidak berhubungan dengan makanan.


Pavlov dan Kaum Bolshevik

Masa-masa revolusi Bolsevhik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov, keluarga, dan laboratoriumnya. Pada Juni 1920, Pavlov menulis surat kepada pemerintah untuk minta izin beremigrasi, dan beliau diberi status khusus karena pada saat itu adanya larangan emigrasi bagi para ilmuwan yang dikenal ditingkat internasional.


Riset di Laboratorium Pavlov


Fokus dari riset yang diawasi oleh Pavlov adalah refleks air liur anjing. Pavlov pada mulanya menyebut reaksi air liur ini sebagai refleks yang dikondisikan.  Riset berikutnya oleh V.N. Boldyrev menemukan bahwa refleks air liur ini bisa dilatih untuk merespons (dikondisikan) obek-objek atau kejadian dari modalitas indrawi seperti suara, penglihatan, atau sentuhan. Misalnya, suara garpu diperdengarkan sebelum makanan diberikan kepada anjing.

Riset di laboratorium Pavlov penting karena dua sebab, yaitu :
·       Pertama, beliau menunjukkan bahwa reaksi keluarnya air liur adalah refleks, reaksi spontan yang terjadi secara otomatis ketika menerima stimulus tertentu.
·        Kedua, mengubah relasi alamiah antara stimulus dan reaksi itu dianggap sebagai terobosan penting dalam studi perilaku.

Paradigma Pengkondisian Klasik

Proses dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai refleks atau pengkondisian klasik. Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

Relasi Pra-eksperimental
(alamiah)
Percobaan Eksperimental
Relasi Pasca-eksperimental
(dikondisikan)
Unconditioned
Stimulus (UCS)
Respons Refleks (UCR)
Stimuli yang
Dipasangkan
Respons
Refleks
Conditioned
Stimulus (CS)
Conditioned
Reflex (CR)
Makanan
Salivasi (keluarnya air liur)
Makanan
Suara Garpu
salivasi
Suara garpu
Salivasi
Tiupan Angin
Kedipan mata
Tiupan agin
Cahaya terang
Kedipan mata
Cahaya terang
Kedipan mata
Setrum Listrik
Retraksi jari
Setrum pengaget
Retraksi jari
pengaget
Retraksi jari
  

Dua efek atau akibat lain yang bertahan lama dari pengkondisian Pavlovian adalah :
1.      Munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan dilingkungan alam
2.    Perkembangan proses yang disebut kontra pengkondisian (counterconditioning). Kontra pengkondisian antara lain adalah metode untuk menangangi neurosis hewan dan menjadi dasar bagi terapi perilaku klinis untuk masalah manusia.

Pengkondisian Klasik dan Reaksi Obat

Hasil ketiga dari riset Pavlovian adalah identifikasi atas petunjuk yang memengaruhi reaksi dalam gangguan substansi habitual. Contoh reaksi terhadap isyarat sebelum datangnya makanan juga menjelaskan relasi yang terjadi didalam laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat.


Behaviorisme John Watson

Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara, sebagai berikut :
1.      Beliau mengorganisasikan temuan riset pengkondisian kedalam perspektif baru, yakni behaviorisme.
2.      Memperluas metode pengkondisian klasik ke respon emosional manusia.
3.      Meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi.

Teori Emosi

Watson mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu cinta, marah dan takut. Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian keobjek atau kejadian lainnya. Namun beliau tidak setuju dengan metode psikoanalisa Freud untuk menemukan akar dari kehidupan emosi individu. Watson berpendapat bahwa proses ini melibatkan pengkondisian atas tiga reaksi dasar terhadap situasi yang berbeda-beda.
  
Eksperimen Pengkondisian terhadap Albert.

Tujuan dari eksperimen watson terhadap Albert (bayi berusia 11 bulan) adalah untuk menguji teori emosinya. Pada eksperimennya, Watson dan rekannya Rosalie Rayner mengkondisikan reaksi ketakutan Albert terhadap beberapa objek yang berbulu halus.

Prediksi

Watson meramalkan tujuan praktis dari behaviorisme, memprediksi bahwa para pendidik, hakim, dokter, dan eksekutif bisnis dapat menggunakan data behavioral yang tersedia. Watson juga percaya bahwa behaviorisme akan menempatkan psikologi dijajaran ilmu sains ilmiah “sejati” bersama dengan zoologi, fisika, kimia, dan lain-lain.

Reaksi Emosional yang Dikondisikan

Reaksi emosional dalam situasi tertentu mungkin dikondisikan dalam satu kali pemasangan stimuli. Contoh positif dari pengkondisian klasik adalah reaksi munculnya kenangan (respon) terhadap lagu (stimulus yang dikondisikan) yang populer saat seseorang berpacaran. Lagu itu memiliki kekuatan untuk menimbulkan perasaan yang sama seperti pada saat berpacaran waktu itu.

Pengkondisian Klasik diruang Kelas

Langkah penting dalam pengembangan apresiasi literatur, seni, sains, dan mata pelajaran lainnya adalah mengasosiasikan pengalaman masa lalu siswa dengan reaksi positif. Salah satu strategi adalah menggunakan relasi yang sudah ada yang menimbilkan reaksi positif. Strategi semacam itu terutama penting dalam situasi dimana latar atau aktivitas khusus diperkirakan akan menimbulkan reaksi negatif. Strategi posotif yang tampak dibeberapa kelas sekolah dasar diantaranya adalah menyambut anak dengan hangat saat mereka datang dan mengawali  pelajaran dengan aktivitas menggambar atau memberi warna.


Koneksionisme Edward Thorndike

Koneksionisme Edward Thorndike biasanya dirujuk sebagai teori behavioris. Koneksionisme berbeda dengan pengkondisian klasik dalam 2 hal, yaitu :
1.   Thorndike tertarik dengan proses mental, desain eksperimen pertama berfungsi untuk meneliti proses pemikiran binatang.
2.      Thorndike meneliti perilaku mandiri atau sukarela.

Dalam eksperimen Thorndike, hewan dikurung dengan makanan diletakkan diluar atau dikotak tertutup. Tugas bagi hewan lapar itu adalah membuka makanan atau sangkar dan mendapatkan makanan. Thorndike menyebut eksperimen ini sebagai pengkondisian instrumental untuk merefleksikan perbedaaannya dengan pengkondisian klasik. Teori ini dikenal sebagai koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli partikular dengan perilaku mandiri.

Prosedur Eksperimental

Thorndike berekseperimen dengan anak  ayam, anjing, ikan, kucing, dan monyet. Prosedural eksperimental yang khas adalah membuat hewan harus keluar dari kurungan (atau membuka kotak penutup) untuk mendapatkan makanan. Thorndike menggunakan kotak puzzle yang mengharuskan penekanan tuas atau mekanisme lain agar bisa keluar dari kotak. Ketika hewan dimasukkan kedalam kotak, hewan sring melakukan berbagai perilaku, seperti mencakar, menggigit, menggaruk, dan menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar. Tidak lama kemudian hewan akan menekan tuas dan karenanya bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Perilaku yang tidak relevan dengan upaya meloloskan diriakan terus berkurang dalam percobaan selanjutnya, dan waktu untuk lolos semakin singkat.

Thorndike mencatat data percobaan dari setiap serial percobaan dalam bentuk kurva belajar waktu untuk lolos. Berdasarkan datanya dia menyimpulkan, bahwa respon meloloskan diri pelan-pelan menjadi terasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar trial-and-error, ini disebut dengan teori asosiasi.

Hukum Belajar

Thorndike mengidentifikasikan tiga hukum belajar :
1.    Hukum efek (law of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut.
2.  Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar.
3.  Hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.

Aplikasi ke Belajar di Sekolah
Thorndike mendasarkan interpretasinya atas proses belajar pada studi perilaku. Namun, karena teorinya juga mencakup referensi kejadian mental, teorinya berada di tengah-tengah antara perspektif kognitif dan behaviorisme. Menrut Thorndike, koneksi antara ide-ide akan menghasilkan pengetahuan. Aturan Thorndike untuk pengajaran mengandung persyaratan untuk membangun koneksi antara stimuli dan respon.

PSIKOLOGI GESTALT
Fokus awal riset Gestalt adlah pengalaman persepsi. Max Wertheimer, pendiri psikologi Gestalt, bersama dengan Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler, mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan konsep ini ke belajar dan pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa:
1.      Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
2.   Proses ini konstruktif karena individual sering mentransformasikan input visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptualyang lebih jelas.

Asumsi Dasar
1.      Yang mestinya dipelajari adalah perilaku molar, bukan perilaku molecular.
2.  Organisme merespon “keseluruhan sensoris yang tersegrasi” ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen.
3.  Lingkungan geografis, yang hadir sebagaiman adanya, berbeda dengan lingkungan behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul. Lingkungan behavioral adalah realitas subjektif.
4.   Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam struktur yang memengaruhi persepsi individu.

Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwatugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami atau mempersepsi lingkungan geografis. Gestalt mendefenisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimuli yang diamati diman pengamat memberikan makna kepada serangkaian stimuli. Langkah berikutnya adalah menentukan karakteristik dari tampilan stimulus yang memengaruhi persepsi.
·         Hukum Prägnanz
Prägnanz berarti esensi, dan hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis terhadap sekelompok stimuli. Dalam setiap rangkaian stimulus, organisasinya dipersepsikan oleh indivisu sebagai satu stimulus yang paling komperhensif, paling stabil, dan juga bebas dari sebab-akibat dan arbitrer.
·         Hukum Terkait
Hukum organisasi perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari bidang visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan dari setiap elemen (proximity), ciri yang sama (similarity), tendensi elemen untuk melengkapi pola (open direction), dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana keseluruhan (simplicity). Persepsi cenderung bermakna dan komplet (hukum prägnanz) dan karakteristik-karakteristik ini memengaruhi kelengkapan (completeness).
  
Riset tentang Belajar dan Pemecahan Masalah

Perhatian utama adalah proses preseptual.Psikolog Gestalt juga mengaplikasikan konsep mereka ke bidang lain. Perekembangan utama dalam belajar dan pemikiran adalah pengalaman wawasan, perbedaan antara belajar arbitrer dan belajar bermakna serta studi pemecahan masalah

Pengalaman Wawasan

Eksperimen Awal

Wawasan merujuk pada tipe perilaku yang tidak dapat direduksi ke tipe lain . Wawasan juga tidak selalu muncul salam satu langkah saja, terkadang dibutuhkan satu atau dua langkah , dimana masing-masing langkah adalah bagian dari wawasan (Koffka, 1935).

Masalah Pendulum

Maier menyimpulkan bahwa , pemahaman merupakan pengalaman parsial atau pengalaman “all or nothing”.

Analisis Pemahaman Kontemporer

Kesulitan dalam melakukan riset tentang wawasan adalah kurangnya definisi yang jelas (Schooler, Fallshore, & Fiore, 1995). Wawasan memiliki 2 karakteristik yang diakui oleh periset adalah mempresentasikan pemahaman yang jelas tentang inti dari situasi dan melibatkan proses tidak sadar otomatis (Gick & Lockhart, 1995).

Belajar Berubah-ubah dan Bermakna

Dalam pengaplikasian konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis belajar, Wertheiner membedakan atas : Metode belajar “tanpa makna” & belajar “bermakna”

Faktor Spesifik dalam Pemecahan Masalah

Gestalt mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pemecahan masalah :
Latihan mentransfer, pendekatan masalah dan kekakuan fungsional, dan belenggu masalah.
  

Perkembangan Lain

Kofka (1935) berpendapat bahwa organisasi bidang dalam persepsi juga berlaku untuk formasi kelompok. Maier (1970) meneliti dinamika pemecahan masalah dalam latar tempat kerja, termasuk penyelia dan karyawan. Kurt Lewin membahas motivasi, dan karyanya menimbulkan perhatian pada konsep dinamika kelompok. Konsep dasarnya adalah B=f (P,E). Albert Bandura menggunakan rumus ini dalam analisisnya terhadap belajar dalam latar sosial. E. Tolman (1932), menyebut karyanya sebagai “subvariasi dari psikologi Gestalt.” Dua istilah yang diperkenalkan Tolman adalah belajar laten dan peta kognitif.


Perbandingan Behaviorisme dan Gestalt

Karakteristik Utama
Behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
·      Perilaku dapat diamati
·      Belajar adalah perubahan
·      Hubungan stimuli dan respon harus dipelajari
Individu bereaksi kepada sebuah kesatuan
Eksperimen umum
·      Trial dan error
·      Respon emosional atau refleks
Mereorganisasi kembali
Formula belajar
·      Stimulus – respon – imbalan
·      Respon emosional :
Stimuli 1 + simuli 2 = respon
Konstelasi stimuli-organisasi-reaksi


Sumber:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.