Koordinator : Johan Wibawa
Anggota : Dwika Septian Ihsan
Rizqi Chairiyah
Vivian Felicia
Zukhrini Khalish
Dea Lovalia Hasibuan
Putra Pratama
Sekolah : TK DHARMA PANCASILA
Jumlah
Murid : 11 Orang
Usia Murid : Rata-rata 5 Tahun
Tema
Pengajaran : Go Green
Standar
Kompetensi : Siswa mampu memahami bahwa barang-barang bekas dapat diolah
menjadi sesuatu yang bermanfaat, dan siswa memiliki kesadaran akan lingkungan
dengan membuang sampah pada tempatnya.
Alokasi Waktu : 60 menit
I.
Pendahuluan
Pada zaman sekarang ini, banyak orang kurang peduli terhadap
lingkungannya. Mereka terbiasa membuang barang sekali pakai, contohnya setelah
mengkonsumsi makanan ringan, kemasan pembungkusnya langsung dibuang begitu
saja. Bila terus dibiarkan hal ini akan menjadi pencemaran lingkungan yang
berdampak negatif terhadap diri mereka. Limbah dari bahan plastik merupakan
limbah yang paling berbahaya, karena sulit dihancurkan dalam waktu singkat,
jika ditanam akan sulit melebur, sedangkan jika dibakar akan menghasilkan
senyawa (X) yang sangat berbahaya. Selain plastik, banyak juga limbah yang
mencemari lingkungan dan sulit diuraikan oleh bakteri, seperti kertas, kaleng
bekas, logam, stearofoam dan sebagainya.
Mengingat banyaknya
barang bekas yang sudah tidak terpakai dan hanya menjadi sampah, membuat kami
tertarik untuk membahas topik ini. Selain mengurangi sampah, juga bisa
menghasilkan barang yang berguna serta bernilai seni dan ekonomi. Memanfaatkan
barang bekas, bukan hanya tugas orang dewasa, tetapi juga harus mulai diajarkan
sejak dini. Anak – anak perlu memahami pentingnya menjaga lingkungan.
Dari latar belakang
tersebut, kami merasa pelu membantu adik – adik usia dini untuk sama – sam`a
menjaga lingkungan. Kegiatan Micro Teaching yang bertemakan “Go
Green” dengan berfokus kepada pemanfaatan barang bekas yang akan dilaksanakan
di Taman Kanak – Kanak Dharma Pancasila, Medan, diharapkan mampu memberikan
pengajaran kepada anak usia dini tentang pentingnya menjaga lingkungan.
II. Landasan Teori
Banyak orang yang
mengatakan mengajar adalah ilmu, dimana kegiatan mengajar harus bebasis dan
dipandu oleh ilmu. Konsep ini menekankan pada aspek ilmiah dalam kegiatan
pengajaran dan berfokus pada cara-cara melakukan sistematisasi komunikasi
antara guru dan siswa. Konsep ini percaya bahwa adalah mungkin untuk secara
sistematis memilih bahan, mengatur interaksi guru dengan siswa, interaksi antar
sesama siswa, dan menentukan bahan-bahan yang harus dipelajari oleh siswa,
sehingga mengurangi kemungkinan kegiatan pembelajaran terjadi secara kebetulan.
Banyak orang juga
percaya mengajar adalah seni. Konsep ini memposisikan mengajar sebagai
aktivitas “ilmiah” memang dapat diformalkan, namun jika dipaksakan, akan
terjadi birokratisasi dan pemaksaan aktivitas belajar. Penganut konsep ini
berpendapat bahwa mengajar sebenarnya merupakan intuisi, improvisasi, dan
ekspesi.
Guru harus mampu
melakukan dan menangani proses kreatif secara tidak terduga di dalam kelas.
Dalam kegiatan mengajar, tidak ada resep gagal-aman secara rutinitas. Aktivitas
yang paling penting dari kegiatan mengajar adalah mengelola peristiwa-peristiwa
yang terjadi selama proses pembelajaran itu.
Intinya, setiap guru
harus siap menerima semua perilaku anak-anak dalam kelas, karena anak-anak pada
umumnya berperilaku secara spontan.
III. Tujuan
Pembelajaran
1. Memiliki kesadaran untuk menjaga
keindahan lingkungan (Bumi) dengan membuang sampah pada tempatnya
2. Memahami bahwa barang-barang bekas
(sampah) dapat diolah menjadi sesuatu yang berguna
3. Meningkatkan kreativitas
4. Mengetahui manfaat menabung
5. Memiliki kebiasaan menabung sejak
dini
IV. Metode
Pembelajaran
1.
Workshop
Guru-guru berhadapan langsung dengan
murid dan mengajari mereka langkah-langkah membuat celengan.
2. Diskusi
Sebelum, selama, dan setelah proses
workshop, guru-guru terus mengajak siswa-siswinya untuk berdiskusi mengenai
manfaat celengan, manfaat membuang sampah pada tempatnya, dan manfaat mengolah
barang bekas menjadi sesuatu yang berguna.
V. Alat dan Bahan Pembelajaran
1. 12 buah botol bekas
2. Kertas-kertas bekas (Majalah,
Brosur, Kalender, HVS)
3. Gunting
4. Lem
5. Koin-koin
VI. Langkah-langkah
Pembelajaran
No.
|
Langkah-langkah
|
Kegiatan
|
Waktu
|
||
Guru
|
Siswa
|
||||
1.
|
Pendahuluan
|
Perkenalan Diri
|
Memperhatikan Guru dengan Aktif
|
09.00 – 09.10
|
|
Membimbing siswa untuk memperkenalkan diri
|
Perkenalan Diri
|
||||
Menjelaskan apa yang akan diajarkan
|
Memperhatikan Guru dengan Aktif
|
||||
2.
|
Inti
|
Mengajarkan langkah-langkah pembuatan celengan dari botol
bekas
|
Berpartisipasi secara aktif serta berkreasi sesuka hati
dalam proses pembuatan celengan
|
09.10 – 10.00
|
|
3.
|
Penutup
|
-
|
Istirahat makan siang (kegiatan rutin sekolah)
|
10.00 – 10.15
|
|
Menjelaskan kembali manfaat-manfaat membuang sampah pada
tempatnya, dan manfaat celengan
|
Memperhatikan Guru dengan Aktif
|
10.15 – 10.30
|
|||
Foto Bersama
|
|||||
Membagikan Reward
|
Berbaris untuk Menerima Reward
|
||||
VIII. Testimoni
- Johan Wibawa
Capek, tapi SERUUUUU…. itulah pendapat pribadiku mengenai kegiatan micro teaching ini. Capek karena agak susah meng-handle murid-murid yang super aktif, dan Seru karena ini adalah pengalaman pertama mengajar anak-anak kecil seperti mereka.
Selain itu, pada tahap persiapan/perencanaan juga banyak sekali hal yang dapat menjadi pelajaran bagi pribadi aku. Capek dan Seru juga tentunya… Capek karena mengalami sedikit kesulitan dalam mencari ide/topik pengajaran, dan SERU karena semua anggota kelompok kami bisa diajak bekerja sama dengan sangat baik!
Overall, kegiatan ini benar-benar CAPEK dan SERUUUUUUUU….
- Dwika Septian Ihsan
Sayang, saya tidak bisa ikut serta pada pelaksanaan micro teaching ini. Sebelum hari H saya sakit mendadak. tapi Alhamdulillah saya dapat ikut serta merasakan kegembiraan prosesi ini dengan melihat dokumentasi dari teman-teman, terlebih ketika saya diberi amanah menyunting dokumentasi menjadi video berdurasi 8 menit, serasa saya berada disana dan melihat tingkah lucu mereka. Mendengar cerita teman-teman, agak sulit memang membangun kondisi yang komunikatif dengan anak-anak, didasari sifat mereka yang spontanitas dan aktif, serta memang mereka dalam kehidupan untuk bermain. tapi dsitulah tantangannya, bagaimana menanamkan etika dan moral sejak dini menjadi yang menjadi harapan. Intinya, luar biasa…
“belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu..”
- Rizqi Chairiyah
Proses micro teaching yang saya dan teman-teman lakukan, memberikan pengalaman yang sangat luar biasa. Hal tersebut dikarenakan apa yang saya pelajari, kemudian langsung saya praktekkan ke lapangan. Memberikan pelatihan bagi adik-adik TK Dharma Pancasila dalam memanfaatkan barang bekas, membuat saya senang karena saya bisa berbagi ilmu kepada mereka serta mengajarkan mereka untuk perduli dan melatih mereka untuk menjaga lingkungan.
Ada tantangan tersendiri bagi saya ketika berusaha beradaptasi dan mengontrol adik-adik di TK Dharma Pancasila. Awalnya saya berusaha mengambil attentionmereka , kemudian dari situlah saya dan mereka mulai bisa akrab. Ketika memberikan pengajaran, ada juga adik-adik tersebut yang berkelahi dengan temannya karena hal kecil, ada juga yang berlari-lari mengelilingi kelas dan mengganggu kelompok lain, tetapi hal tersebut sangat menyenangkan bagi saya, itulah dunia anak-anak. Apapun tantangan yang saya dapatkan, itu semua menjadi pengalaman yang berharga bagi saya dan teman-teman kelompok saya.
- Vivian Felicia
Proyek Micro Teaching
ini cukup menyenangkan dan memberikan pengalaman baru bagi saya, karena
langsung berinteraksi dengan anak TK dan mencoba mengajari mereka sesuatu.
Dengan pengajaran ini pun membuat saya memahami dalam mengajar anak-anak harus
lebih sabar dan tentunya berbeda dengan orang dewasa, dimana kita harus
menggunakan bahasa yang bisa dimengerti anak-anak dan membuat mereka tertarik.
- Zukhrini Khalish N
Proses micro teaching
yang saya jalani ini memberikan tambahan ilmu dan pengalaman. Bebagi ilmu
dengan adik – adik TK Dhama Pancasila yang lucu dan antusias memberi penguatan
tersendiri bagi saya untuk semangat mebagikan ilmu. Saya juga menyadari betapa beratnya
menanamkan pengetahuan dan kesan moral yang baik bagi anak – anak. Saat proses
berlangsung banyak juga anak – anak yang sangat aktif, berlari – lari, rebutan
dan saling bersaing demi mendapat perhatian. Jadi sebagai pengajar, saya merasa
tertuntut untuk memberikan perhatian yang seimbang. Menjadi guru memang harus
cerdas, cermat, adil, dan sabar. Saya senang bisa berbagi sedikit ilmu yang
saya miliki kepada mereka.
- Dealovalia Hasibuan
Bermain dan belajar bersama dengan anak – anak merupakan hal yang pada awalnya sangat sulit untuk dilakukan. karena tidak mudah untuk kita dapat bergabung dengan mereka. akan tetapi setelah beberapa saat ternyata smuanya menjadi sangat menyenangkan dan menarik. karena mereka ramah, baik, aktif dan juga mau diajak untuk bermain dan belajar bersama. apalagi dalam hal membuat suatu benda yang mungkin tidak mereka dapat dari guru mereka. intinya bisa bersama mereka adalah hal yang menyenangkan……..
saya sangat merasa senang dan juga merasa bahagia dapat berbagi ilmu dengan mereka dan bermain bersama mereka…
- Putra Pratama
Pada saat perencanaan
tugas micro-teaching ini, kami merencanakannya dengan agak terburu-buru karena
kami santai diawal perkuliahan. pada saat akan melakukan micro-teaching kami
sudah mempersiapkan semua peralatan dan akhirnya kami melaksanakan
micro-teaching tersebut. proses pelaksanaan micro-teaching berjalan lancar
karena semua anggota kelompok mengerjakan tugasnya dengan baik sehingga proses
pelaksanaannya menjadi baik. micro-teaching memberikanr pengalaman yang luar
biasa karena kami belajar mengelola kelas dan berinteraksi dengan murid-murid.