I made this widget at MyFlashFetish.com.

Rabu, 03 Oktober 2012

Anggota Kelompok:

Sains adalah hal-hal yang dihasilkan oleh riset, riset itu sendiri adalah metode efektif yang telah ditemukan dan sesuai dengan zamannya. Psikolog juga ingin mengembangkan sains pasti seperti fisika dan kimia. Akan tetapi, riset ini belum memiliki metode riset yang pasti. Kemudian lahirlah Behaviorisme, yang pertama kali dikemukakan oleh J.B.Watson. Behaviorisme menjadi aliran dominan dari 1920-an hingga 1950-an, akan tetapi tidak sepenuhnya bebas dari penentang. Pendapat yang menentang yaitu, psikologi Gestalt yang menekankan pada pentingnya persepsi pemelajar dalam situasi pemecahan masalah dan membahas persoalan kognisi.  


PENGKONDISIAN KLASIK DAN KONEKSIONISME

Dua pendekatan awal untuk mempelajari perilaku adalah Pengkondisian klasik dan Koneksionisme.

Argumen Dasar Behaviorisme

Perubahan didalam masyarakat Amerika membuka jalan bagi studi perilaku (Leahey,1992). J.B.Watson mendukung studi perilaku. Alasannya dalah semua organisme menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui respon, dan respon-respon tertentu biasanya disebabkan oleh peristiwa (stimuli) tertentu. Setelah mendalami studi perilaku, Watson menemukan riset refleks motorik dari psikolog Rusia, V.M. Bekhretev. Bekhretev berhaasil memanipulasi reaksi behavioral didalam laboratorium. Hal ini membuat Watson semakin percaya bahwa kontrol perilaku didunia nyata akan segera dapat dilakukan. Akan ettapi, prediksinya ternyata keliru, namun begitu pendapatnya sangat mempengaruhi penggunaan metode riset dan pengukuran yang dilakukan para psikolog.

Asumsi Dasar

Istilah behaviorisme merujuk pada beberapa teori yang mengandung tiga asumsi dasar tentang belajar, yaitu :
1.      Yang menjadi fokus studi seharusnya adalah perilaku yang dapat diamati, bukan kejadian mental atau rekonstruksi verbal atas kejadiaan.
2.      Perilaku harus dipelajari melalui elemennya yang paling sederhana (stimuli dan respon spesifik)
3.      Proses belajar adalah perubahan behavioral.

Pavlov dan Pengkondisian Klasik atau Refleks

Eksperimen terkenal terhadap refleks dilakukan dilaboratorium Ivan Pvalov. Pavlov menemukan bahwa reaksi tidak sengaja, keluarnya air liur, dapat dilatih untuk merespon suara yang tidak berhubungan dengan makanan.













Pavlov dan Kaum Bolshevik

Masa-masa revolusi Bolsevhik (1917-1921) adalah masa-masa sulit bagi Pavlov, keluarga, dan laboratoriumnya. Pada Juni 1920, Pavlov menulis surat kepada pemerintah untuk minta izin beremigrasi, dan beliau diberi status khusus karena pada saat itu adanya larangan emigrasi bagi para ilmuwan yang dikenal ditingkat internasional.


Riset di Laboratorium Pavlov

Fokus dari riset yang diawasi oleh Pavlov adalah refleks air liur anjing. Pavlov pada mulanya menyebut reaksi air liur ini sebagai refleks yang dikondisikan.  Riset berikutnya oleh V.N. Boldyrev menemukan bahwa refleks air liur ini bisa dilatih untuk merespons (dikondisikan) obek-objek atau kejadian dari modalitas indrawi seperti suara, penglihatan, atau sentuhan. Misalnya, suara garpu diperdengarkan sebelum makanan diberikan kepada anjing.

Riset di laboratorium Pavlov penting karena dua sebab, yaitu :
·       Pertama, beliau menunjukkan bahwa reaksi keluarnya air liur adalah refleks, reaksi spontan yang terjadi secara otomatis ketika menerima stimulus tertentu.
·        Kedua, mengubah relasi alamiah antara stimulus dan reaksi itu dianggap sebagai terobosan penting dalam studi perilaku.

Paradigma Pengkondisian Klasik

Proses dimana kejadian atau stimuli mampu memicu respon dikenal sebagai refleks atau pengkondisian klasik. Proses pengkondisian klasik terdiri dari tiga tahap sebagai berikut:

Relasi Pra-eksperimental
(alamiah)
Percobaan Eksperimental
Relasi Pasca-eksperimental
(dikondisikan)
Unconditioned
Stimulus (UCS)
Respons Refleks (UCR)
Stimuli yang
Dipasangkan
Respons
Refleks
Conditioned
Stimulus (CS)
Conditioned
Reflex (CR)
Makanan
Salivasi (keluarnya air liur)
Makanan
Suara Garpu
salivasi
Suara garpu
Salivasi
Tiupan Angin
Kedipan mata
Tiupan agin
Cahaya terang
Kedipan mata
Cahaya terang
Kedipan mata
Setrum Listrik
Retraksi jari
Setrum pengaget
Retraksi jari
pengaget
Retraksi jari
  

Dua efek atau akibat lain yang bertahan lama dari pengkondisian Pavlovian adalah :
1.      Munculnya riset terhadap kelangsungan hidup hewan dilingkungan alam
2.    Perkembangan proses yang disebut kontra pengkondisian (counterconditioning). Kontra pengkondisian antara lain adalah metode untuk menangangi neurosis hewan dan menjadi dasar bagi terapi perilaku klinis untuk masalah manusia.

Pengkondisian Klasik dan Reaksi Obat

Hasil ketiga dari riset Pavlovian adalah identifikasi atas petunjuk yang memengaruhi reaksi dalam gangguan substansi habitual. Contoh reaksi terhadap isyarat sebelum datangnya makanan juga menjelaskan relasi yang terjadi didalam laboratorium dan studi klinis terhadap kecanduan obat.


Behaviorisme John Watson

Watson memberi kontribusi pada perkembangan psikologi melalui tiga cara, sebagai berikut :
1.      Beliau mengorganisasikan temuan riset pengkondisian kedalam perspektif baru, yakni behaviorisme.
2.      Memperluas metode pengkondisian klasik ke respon emosional manusia.
3.      Meningkatkan status belajar sebagai topik dalam psikologi.

Teori Emosi

Watson mengidentifikasi tiga reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah, yaitu cinta, marah dan takut. Watson sepakat dengan Sigmund Freud, bahwa kehidupan emosi dewasa dimulai sejak masa bayi dan emosi itu dapat ditransfer dari satu objek/kejadian keobjek atau kejadian lainnya. Namun beliau tidak setuju dengan metode psikoanalisa Freud untuk menemukan akar dari kehidupan emosi individu. Watson berpendapat bahwa proses ini melibatkan pengkondisian atas tiga reaksi dasar terhadap situasi yang berbeda-beda.
  
Eksperimen Pengkondisian terhadap Albert.

Tujuan dari eksperimen watson terhadap Albert (bayi berusia 11 bulan) adalah untuk menguji teori emosinya. Pada eksperimennya, Watson dan rekannya Rosalie Rayner mengkondisikan reaksi ketakutan Albert terhadap beberapa objek yang berbulu halus.

Prediksi

Watson meramalkan tujuan praktis dari behaviorisme, memprediksi bahwa para pendidik, hakim, dokter, dan eksekutif bisnis dapat menggunakan data behavioral yang tersedia. Watson juga percaya bahwa behaviorisme akan menempatkan psikologi dijajaran ilmu sains ilmiah “sejati” bersama dengan zoologi, fisika, kimia, dan lain-lain.

Reaksi Emosional yang Dikondisikan

Reaksi emosional dalam situasi tertentu mungkin dikondisikan dalam satu kali pemasangan stimuli. Contoh positif dari pengkondisian klasik adalah reaksi munculnya kenangan (respon) terhadap lagu (stimulus yang dikondisikan) yang populer saat seseorang berpacaran. Lagu itu memiliki kekuatan untuk menimbulkan perasaan yang sama seperti pada saat berpacaran waktu itu.

Pengkondisian Klasik diruang Kelas

Langkah penting dalam pengembangan apresiasi literatur, seni, sains, dan mata pelajaran lainnya adalah mengasosiasikan pengalaman masa lalu siswa dengan reaksi positif. Salah satu strategi adalah menggunakan relasi yang sudah ada yang menimbilkan reaksi positif. Strategi semacam itu terutama penting dalam situasi dimana latar atau aktivitas khusus diperkirakan akan menimbulkan reaksi negatif. Strategi posotif yang tampak dibeberapa kelas sekolah dasar diantaranya adalah menyambut anak dengan hangat saat mereka datang dan mengawali  pelajaran dengan aktivitas menggambar atau memberi warna.


Koneksionisme Edward Thorndike

Koneksionisme Edward Thorndike biasanya dirujuk sebagai teori behavioris. Koneksionisme berbeda dengan pengkondisian klasik dalam 2 hal, yaitu :
1.   Thorndike tertarik dengan proses mental, desain eksperimen pertama berfungsi untuk meneliti proses pemikiran binatang.
2.      Thorndike meneliti perilaku mandiri atau sukarela.

Dalam eksperimen Thorndike, hewan dikurung dengan makanan diletakkan diluar atau dikotak tertutup. Tugas bagi hewan lapar itu adalah membuka makanan atau sangkar dan mendapatkan makanan. Thorndike menyebut eksperimen ini sebagai pengkondisian instrumental untuk merefleksikan perbedaaannya dengan pengkondisian klasik. Teori ini dikenal sebagai koneksionisme karena hewan membangun koneksi antara stimuli partikular dengan perilaku mandiri.

Prosedur Eksperimental

Thorndike berekseperimen dengan anak  ayam, anjing, ikan, kucing, dan monyet. Prosedural eksperimental yang khas adalah membuat hewan harus keluar dari kurungan (atau membuka kotak penutup) untuk mendapatkan makanan. Thorndike menggunakan kotak puzzle yang mengharuskan penekanan tuas atau mekanisme lain agar bisa keluar dari kotak. Ketika hewan dimasukkan kedalam kotak, hewan sring melakukan berbagai perilaku, seperti mencakar, menggigit, menggaruk, dan menggesek-gesekkan badan ke sisi sangkar. Tidak lama kemudian hewan akan menekan tuas dan karenanya bisa keluar untuk mendapatkan makanan. Perilaku yang tidak relevan dengan upaya meloloskan diriakan terus berkurang dalam percobaan selanjutnya, dan waktu untuk lolos semakin singkat.

Thorndike mencatat data percobaan dari setiap serial percobaan dalam bentuk kurva belajar waktu untuk lolos. Berdasarkan datanya dia menyimpulkan, bahwa respon meloloskan diri pelan-pelan menjadi terasosiasikan dengan situasi stimulus dalam belajar trial-and-error, ini disebut dengan teori asosiasi.

Hukum Belajar

Thorndike mengidentifikasikan tiga hukum belajar :
1.    Hukum efek (law of effects) menyatakan bahwa suatu keadaan yang memuaskan setelah respon akan memperkuat koneksi antara stimulus dan perilaku yang tepat, dan keadaan yang menjengkelkan akan melemahkan koneksi tersebut.
2.  Hukum latihan (law of exercise) menyatakan bahwa perulangan atau repetisi dari pengalaman akan meningkatkan peluang respons yang benar.
3.  Hukum kesiapan (law of readiness) mendeskripsikan kondisi yang mengatur keadaan yang disebut sebagai “memuaskan” atau “menjengkelkan”.

Aplikasi ke Belajar di Sekolah
Thorndike mendasarkan interpretasinya atas proses belajar pada studi perilaku. Namun, karena teorinya juga mencakup referensi kejadian mental, teorinya berada di tengah-tengah antara perspektif kognitif dan behaviorisme. Menrut Thorndike, koneksi antara ide-ide akan menghasilkan pengetahuan. Aturan Thorndike untuk pengajaran mengandung persyaratan untuk membangun koneksi antara stimuli dan respon.

PSIKOLOGI GESTALT
Fokus awal riset Gestalt adlah pengalaman persepsi. Max Wertheimer, pendiri psikologi Gestalt, bersama dengan Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler, mengembangkan hukum persepsi dan mengaplikasikan konsep ini ke belajar dan pemikiran. Riset yang dilakukan psikologi Gestalt terhadap persepsi visual menunjukkan bahwa:
1.      Ciri global dideteksi sebagai keseluruhan, bukan sebagai elemen-elemen sederhana
2.   Proses ini konstruktif karena individual sering mentransformasikan input visual yang tidak lengkap ke dalam citra perseptualyang lebih jelas.

Asumsi Dasar
1.      Yang mestinya dipelajari adalah perilaku molar, bukan perilaku molecular.
2.  Organisme merespon “keseluruhan sensoris yang tersegrasi” ketimbang pada stimuli spesifik atau kejadian-kejadian yang terpisah dan independen.
3.  Lingkungan geografis, yang hadir sebagaiman adanya, berbeda dengan lingkungan behavioral, yang merupakan cara sesuatu muncul. Lingkungan behavioral adalah realitas subjektif.
4.   Organisasi lingkungan sensoris adalah interaksi dinamis dari kekuatan-kekuatan di dalam struktur yang memengaruhi persepsi individu.

Hukum Organisasi Perseptual
Gestalt berpendapat bahwatugas utama psikologi adalah mengetahui bagaimana individu secara psikologis memahami atau mempersepsi lingkungan geografis. Gestalt mendefenisikan persepsi sebagai proses pengorganisasian stimuli yang diamati diman pengamat memberikan makna kepada serangkaian stimuli. Langkah berikutnya adalah menentukan karakteristik dari tampilan stimulus yang memengaruhi persepsi.
·         Hukum Prägnanz
Prägnanz berarti esensi, dan hukum ini menunjukkan pengorganisasian psikologis terhadap sekelompok stimuli. Dalam setiap rangkaian stimulus, organisasinya dipersepsikan oleh indivisu sebagai satu stimulus yang paling komperhensif, paling stabil, dan juga bebas dari sebab-akibat dan arbitrer.
·         Hukum Terkait
Hukum organisasi perseptual mendeskripsikan empat karakteristik utama dari bidang visual yang mempengaruhi persepsi. Karakteristik itu adalah kedekatan dari setiap elemen (proximity), ciri yang sama (similarity), tendensi elemen untuk melengkapi pola (open direction), dan kontribusi elemen stimulus terhadap struktur sederhana keseluruhan (simplicity). Persepsi cenderung bermakna dan komplet (hukum prägnanz) dan karakteristik-karakteristik ini memengaruhi kelengkapan (completeness).
  
Riset tentang Belajar dan Pemecahan Masalah

Perhatian utama adalah proses preseptual.Psikolog Gestalt juga mengaplikasikan konsep mereka ke bidang lain. Perekembangan utama dalam belajar dan pemikiran adalah pengalaman wawasan, perbedaan antara belajar arbitrer dan belajar bermakna serta studi pemecahan masalah

Pengalaman Wawasan

Eksperimen Awal

Wawasan merujuk pada tipe perilaku yang tidak dapat direduksi ke tipe lain . Wawasan juga tidak selalu muncul salam satu langkah saja, terkadang dibutuhkan satu atau dua langkah , dimana masing-masing langkah adalah bagian dari wawasan (Koffka, 1935).

Masalah Pendulum

Maier menyimpulkan bahwa , pemahaman merupakan pengalaman parsial atau pengalaman “all or nothing”.

Analisis Pemahaman Kontemporer

Kesulitan dalam melakukan riset tentang wawasan adalah kurangnya definisi yang jelas (Schooler, Fallshore, & Fiore, 1995). Wawasan memiliki 2 karakteristik yang diakui oleh periset adalah mempresentasikan pemahaman yang jelas tentang inti dari situasi dan melibatkan proses tidak sadar otomatis (Gick & Lockhart, 1995).

Belajar Berubah-ubah dan Bermakna

Dalam pengaplikasian konsep struktur dan keseluruhan ke dalam analisis belajar, Wertheiner membedakan atas : Metode belajar “tanpa makna” & belajar “bermakna”

Faktor Spesifik dalam Pemecahan Masalah

Gestalt mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi pemecahan masalah :
Latihan mentransfer, pendekatan masalah dan kekakuan fungsional, dan belenggu masalah.
  

Perkembangan Lain

Kofka (1935) berpendapat bahwa organisasi bidang dalam persepsi juga berlaku untuk formasi kelompok. Maier (1970) meneliti dinamika pemecahan masalah dalam latar tempat kerja, termasuk penyelia dan karyawan. Kurt Lewin membahas motivasi, dan karyanya menimbulkan perhatian pada konsep dinamika kelompok. Konsep dasarnya adalah B=f (P,E). Albert Bandura menggunakan rumus ini dalam analisisnya terhadap belajar dalam latar sosial. E. Tolman (1932), menyebut karyanya sebagai “subvariasi dari psikologi Gestalt.” Dua istilah yang diperkenalkan Tolman adalah belajar laten dan peta kognitif.


Perbandingan Behaviorisme dan Gestalt

Karakteristik Utama
Behaviorisme
Teori Gestalt
Asumsi dasar
·      Perilaku dapat diamati
·      Belajar adalah perubahan
·      Hubungan stimuli dan respon harus dipelajari
Individu bereaksi kepada sebuah kesatuan
Eksperimen umum
·      Trial dan error
·      Respon emosional atau refleks
Mereorganisasi kembali
Formula belajar
·      Stimulus – respon – imbalan
·      Respon emosional :
Stimuli 1 + simuli 2 = respon
Konstelasi stimuli-organisasi-reaksi


Sumber:
Gredler, Margaret E. (2011). Learning and Instruction Teori dan Aplikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar